![](https://imediantara.id/wp-content/uploads/2023/07/IMG_20230720_100825-scaled-1.jpg)
Pemerintah Kabupaten Sangihe berada dalam situasi krusial dalam menghadapi masalah stunting dan kemiskinan ekstrim yang harus diselesaikan pada tahun 2024. Namun, kondisi keuangan daerah dilaporkan sedang dalam keadaan yang kurang stabil.
Pada pembukaan rapat Tim Pembina Kabupaten Kota Sehat baru-baru ini, Penjabat Bupati Kepulauan Sangihe, Rinny Tamuntuan, mengakui tantangan ini. Beliau menekankan bahwa penanganan stunting dan kemiskinan ekstrim memerlukan kerja sama dari berbagai instansi terkait, dan bukan hanya dibebankan pada instansi teknis saja.
Tujuan yang ingin dicapai adalah menurunkan angka stunting menjadi 14 persen, sesuai standar nasional, dan menghilangkan kemiskinan ekstrim yang saat ini mencatat 1040 kasus, pada tahun 2024. Untuk mencapainya, kerjasama di antara berbagai instansi yang terlibat dalam upaya ini sangatlah penting.
Rinny Tamuntuan juga mengajak para Kapitalaung (Kepala kampung) untuk ikut aktif dalam penanganan stunting dan kemiskinan ekstrim. Dengan menggunakan dana desa, mereka dapat memprioritaskan penanggulangan masalah tersebut daripada hanya fokus pada kegiatan lain.
Secara keseluruhan, tantangan untuk mengatasi stunting dan kemiskinan ekstrim di Kabupaten Sangihe sangatlah besar, terutama dengan keterbatasan keuangan yang dihadapi. Namun, pendekatan yang bersatu dan komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan adalah kunci untuk membuat kemajuan yang nyata dalam mencapai target yang ambisius ini. Dengan meningkatkan kesadaran, mengoptimalkan sumber daya yang ada, dan melibatkan aktif masyarakat, perubahan positif dapat dicapai dalam upaya melawan stunting dan kemiskinan ekstrim.