IMEDIANTARA.ID,KOTAMOBAGU
Penulis: Bastian Korompot
Panggung politik seringkali dihiasi dengan drama yang penuh intrik. Alih-alih fokus pada adu ide, gagasan, dan program, para politisi terkadang memilih jalan yang lebih cepat dan praktis untuk meraih simpati serta dukungan.
Salah satu taktik yang kerap digunakan adalah “playing victim” atau berperan sebagai korban. Dalam konteks politik, ini adalah strategi di mana seorang atau kelompok politisi memposisikan diri sebagai korban dari tindakan lawan politik atau pihak tertentu.
Taktik playing victim bertujuan untuk mendapatkan simpati publik, dengan menggambarkan diri mereka sebagai korban tekanan atau serangan, politisi berharap untuk meraih dukungan dari masyarakat.
Dalam banyak kasus, penderitaan yang diklaim sering kali dibesar-besarkan atau bahkan dipelintir, menciptakan narasi yang membuat mereka terlihat teraniaya.
Pilkada Serentak 2024: Drama Playing Victim di Kotamobagu
Menjelang Pilkada serentak 2024, tak sedikit yang menjadi sasaran taktik playing victim ini. Salah satu yang nyaris terjebak dalam situasi tersebut adalah pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Kotamobagu, Nayodo Kurniawan dan Sri Tanti Angkara (NK-STA).
Pasangan ini sempat menjadi target tudingan konspirasi untuk merebut mandat salah satu partai besar pengusung dalam Pilwako Kota Kotamobagu.
Namun, tudingan tersebut segera dijawab dengan bukti-bukti dan keterangan logis dari berbagai pihak yang memahami dinamika politik internal partai.
Menurut salah satu sumber terpercaya, masyarakat sering kali tidak paham akan dinamika yang terjadi di dalam partai.
Akibatnya, mereka mudah terpengaruh oleh isu-isu yang menyatakan adanya pihak yang mencoba merebut hak untuk maju di Pilwako Kotamobagu.
Sri Tanti Angkara: Figur Perempuan dan Kader Setia Hanura
Sri Tanti Angkara, yang dikenal sebagai figur perempuan kuat, merupakan kader dari Partai Hanura yang saat ini memiliki tiga kursi di DPRD Kotamobagu, dilain pihak PDIP memiliki sembilan kursi di parlemen daerah tersebut.
Koalisi antara Hanura dan PDIP diketahui sudah terbentuk di tingkat pusat dan beberapa daerah lain, termasuk Kotamobagu.
Sekitar empat bulan yang lalu, Sri Tanti Angkara telah mendapatkan mandat dari Ketua Umum DPP Hanura untuk maju dalam Pilkada 2024.
Tentunya sebagai kader, apalagi istri dari Sekjen DPP Hanura, ia dengan teguh mematuhi perintah partai, oleh karena itu tidak ada alasan lain baginya selain loyal terhadap otoritas tertinggi partai.
Isu Koalisi dan Tudingan Tak Bertanggung Jawab
Di Kotamobagu, informasi menyebutkan bahwa Hanura akan berkoalisi dengan PDIP dalam Pilkada 2024, namun soal siapa yang akan direkomendasikan untuk maju dalam Pilkada bukanlah tanggung jawab Sri Tanti Angkara atau Partai Hanura, hal tersebut sepenuhnya menjadi kewenangan internal partai yang berkualisi dengan partai bentukan Wiranto tersebut.
Isu yang beredar tentang konspirasi dan tuduhan campur tangan mempengaruhi rekomendasi partai yang pengusung Nayodo Kurniawan dianggap sangat keliru dan tidak bertanggung jawab.
Seorang sumber menegaskan bahwa isu ini hanya mempolarisasi situasi, dan pihak yang tidak bertanggung jawab menyebar isu tersebut.
“Seharusnya menanyakan langsung ke internal PDIP, bukan mengalamatkannya kepada Sri Tanti Angkara,”tegas sumber yang memilih tidak menulis namanya.